Kamis, 23 Agustus 2012

ARTI LOGO KEBESARAN PAGAR NUSA





Simbol IPS NU Pagar Nusa berupa gambar pita bertulisan Laa Ghaaliba Illaa Billah yang melingkupi bola dunia di dalam kurva segi lima dengan beberapa atribut dan perincian sebagai berikut :
Ø  Kurva segi lima merupakan simbolisasi dari Syari’at Islam yang mempunyai lima rukun dan merupakan simbolisasi pada adanya rasa kecintaan kepada bangsa dan negara yang berpancasila.
Ø  Tiga garis tepi yang sejajar dengan garis kurva merupakan lambing dari tiga pola utama yang berjalan bersama dalam cara hidup warga Nahdlatul Ulama yaitu Iman, Islam, dan Ihsan.
Ø  Bintang sudut lima sebanyak sembilan buah dengan pola melingkar di atas bola bumi dan pada bagian paling atas bintangnya tampak lebih besar ini merupakan ekspresi dari pola kepemimpinan wali songo dan juga idealisasi dari suatu cita-cita yang bersifat maksimal karena selain bintang merupakan symbol kemuliaan juga jumlah sembilan merupakan angka tertinggi.
Ø  Gambar cabang / trisula terletak di tengah bola dunia bagian atas tepat dibawah bintang terbesar merupakan manifestasi kenyataan historis bahwa senjata jenis inilah yang tertua dan lebih luas penyebarannya di bumi nusantara. Sebagai kelompok beladiri pencak silat anggota Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), Pagar Nusa memasukkan symbol tersebut supaya tidak tercerabut dari identitas persatuan beladiri asli Indonesia.
Ø  Bola dunia tepat di tengah merupakan cirri khas dari organisasi underbrow Nahdlatul Ulama yang symbol utamanya berupa bumi dan tampar sebagaimana di lukiskan oleh tangan pertamanya KH. Ridwan Abdullah berdasar istikharahnya.
Ø  Pita melingkupi bumi dengan tulisan Laa Ghaaliba Illaa Billah yang berarti tidak ada yang menang (mengalahkan) kecuali dengan pertolongan Allah merupakan tata nilai beladiri khas Pagar Nusa. Kalimat ini pada awal pembentukannya berbunyi Laa Ghaaliba Illallah kemudian oleh KH. Sansuri Badawi dianjurkan untuk diberi tambahan ba sehingga berbunyi seperti sekarang
Ø  Warna Hijau dan Putih merupakan dua warna yang secara universal mengandung makna baik. Sebab segala yang bersih dan suci baik secara materiil (fisik) maupun immaterial (non fisik) dapat disimbolkan dengan warna putih. Sedangkan hal-hal yang membahagiakan selalu dapat disimbolkan dengan warna hijau. Warna putih merupakan warna wajah cerah bagi orang-orang yang memperoleh kebahagiaan di akhirat. Warna hijau merupakan warna pakaian ahli sorga yang merupakan tempat kebahagiaan manusia.



Selasa, 14 Agustus 2012

Biografi Gus Ma'sum lirboyo


        Gus Maksum adalah seorang sosok kyai yang menjadi teladan bagi santri pondok pesantren Lirboyo Kediri. Beliau adalah seorang Kyai yang mumpuni dalam bidang pencak silat. semasa hidupnya, beliau sangat mencintai olah raga pencak silat sehingga beliau di samping di kenal sebagai seorang kyai tetapi beliau juga dikenal sebagai seorang yang sakti mandraguna, bahkan nama beliau hingga saat ini masih tetap harum di dalam dunia Persilatan.
        Kehidupan beliau memang selalu identik dengan dunia persilatan, pastinya kita tidak asing lagi dengan nama “ PAGAR NUSA ” yaitu ikatan pencak silat Nahdlatul Ulama yang dididirikan pada tanggal 3 januari 1986 di pondok pesantren Lirboyo oleh para kyai dan sesepuh NU  sekaligus mengukuhkan Gus Ma’sum sebagai ketuanya.
       Gus Maksum lahir di Kanigoro, Kras, Kediri, pada tanggal 8 Agustus 1944, beliau adalah salah seorang cucu pendiri Pondok Pesantren Lirboyo KH Manaf Abdul Karim. Semasa kecil beliau belajar kepada orang tuanya KH Abdullah Jauhari di Kanigoro. Menempuh pendidikan di SD Kanigoro (1957) lalu melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Lirboyo. Selebihnya, ia lebih senang mengembara ke berbagai daerah untuk berguru ilmu silat, tenaga dalam, pengobatan dan kejadukan .
       Beliau berambut gondrong, jengot dan kumis lebat, kain sarungnya hampir mendekati lutut, selalu memakai Terompah (bakiak). Lalu, seperti kebiasaan orang-orang “jadug” di pesantren, Gus Maksum tidak pernah makan nasi alias ngerowot. Beliau suka memelihara binatang yang tidak umum. Misalnya beliau memelihara beberapa jenis binatang seperti berbagai jenis ular dan unggas, buaya, kera, orangutan dan sejenisnya namun kali ini hewan peliharaan Gus Maksum yang tersisa saat ini tinggal Buaya dan burung Kasuari.
       Dikalangan masyarakat umum, Gus Maksum dikenal sakti mandaraguna. Rambutnya tak mempan dipotong (konon hanya ibundanya yang bisa mencukur rambut Gus Maksum), punya kekuatan tenaga dalam luar biasa dan mampu mengangkat beban seberat apapun, mampu menaklukkan jin, kebal senjata tajam, tak mempan disantet, dan seterusnya. Di setiap medan laga (dalam dunia persilatan juga dikenal istilah sabung) tak ada yang mungkin berani berhadapan dengan Gus Maksum, dan kehadirannya membuat para pendekar aliran hitam gelagapan. Kharisma Gus Maksum cukup untuk membangkitkan semangat pengembangan ilmu kanuragan di pesantren melalui PAGAR NUSA.
        Sebagai jenderal utama “pagar NU dan pagar bangsa” (PAGAR NUSA) Gus Maksum selalu sejalur dengan garis politik Nahdlatul Ulama, Namun dirinya tidak pernah mau menduduki jabatan legislatif ataupun eksekutif. Gus Maksum wafat di Kanigoro pada 21 Januari 2003 lalu dan dimakamkan di pemakaman keluarga Pesantren Lirboyo dengan meninggalkan semangat dan keberanian yang luar biasa. sekian....

image Pagar Nusa

Pagar nusaku jaya lah engkau sampai akhir zaman
amiiin